Navigating the World

Agustinus Wibowo is an Indonesian travel writer who explores identity through journeys to remote borders. Having spent three years in Afghanistan as a journalist, he immerses himself in remote regions and minority groups. His works redefine Indonesian travel literature, allowing readers to experience the author's physical and emotional journey while reflecting on their own conflicts. His third book, the bestselling memoir Zero: When Journey Takes You Home, is set to be adapted into a Netflix series. His latest work, Us and Them, published in 2024, delves into the roots of human identity and conflict.

Agustinus Wibowo adalah penulis Indonesia yang melakukan perjalanan ke tempat-tempat jauh untuk menulis tentang bagaimana orang hidup dan berpikir tentang identitas mereka. Ia bekerja sebagai jurnalis di Afghanistan selama tiga tahun, di mana ia menghabiskan waktu bersama masyarakat di daerah terpencil dan komunitas-komunitas kecil. Buku-bukunya telah mengubah cara penulisan literature perjalanan Indonesia - ia tidak hanya mendeskripsikan tempat, tetapi juga berbagi pengalaman dan perasaan pribadinya, membantu pembaca untuk merefleksikan kehidupan mereka sendiri. Buku populernya Zero: When Journey Takes You Home begitu sukses sehingga Netflix akan mengadaptasinya menjadi sebuah serial TV. Pada tahun 2024, ia menulis buku baru berjudul Us and Them yang mengkaji mengapa orang merasa berbeda satu sama lain dan bagaimana hal ini dapat menimbulkan masalah antar kelompok.

Ayşegül Savaş is a Turkish author of the novels Walking on the Ceiling, White on White, and The Anthropologists, which was longlisted for the National Book Critics Circle Award. It was named one of TIME magazine's top ten books of 2024, New York Magazine's Best Books of the Year, and one of Barack Obama's favorite books of the year, among others. Savaş has also written the nonfiction work The Wilderness and the short story collection Long Distance, published this July. Her work has been translated into a dozen languages. Originally from Istanbul, she lives in Paris.

Ayşegül Savaş adalah penulis asal Turki yang menulis novel Walking on the Ceiling, White on White, dan The Anthropologists, yang masuk dalam daftar panjang National Book Critics Circle Award. Novel tersebut dinobatkan sebagai salah satu dari sepuluh buku terbaik versi majalah TIME tahun 2024, masuk dalam daftar Buku Terbaik Tahun Ini versi New York Magazine, dan menjadi salah satu buku favorit Barack Obama tahun ini, di antara berbagai penghargaan lainnya. Savaş juga menulis karya nonfiksi The Wilderness dan kumpulan cerita pendek Long Distance, yang diterbitkan pada Juli tahun ini. Karya-karyanya telah diterjemahkan ke dalam belasan bahasa. Berasal dari Istanbul, ia kini tinggal di Paris.

Maja Klarić is a Croatian poet, editor, and literary translator, who has published seven books of travelogue poetry. In 2020, she started Bookmobil Croatia, traveling around Croatia in a renovated van to promote literature. For her exceptional contribution to promoting reading and literacy, in 2023 the Croatian Readers’ Association awarded her the Đurđa Mesić Award. In 2024, her book Deset dugih dana received the Croatian Writers’ Association Joža Horvat Award for the best travelogue. Maja also organizes literary events such as the international poetry gathering Wood Poets and the Four Elements Festival in Bahia, Brazil (at the Sacatar Institute).

Maja Klarić adalah penyair, editor, dan penerjemah sastra asal Kroasia yang telah menerbitkan tujuh buku puisi perjalanan. Pada 2020, ia memulai Bookmobil Croatia, sebuah inisiatif keliling Kroasia dengan van yang telah direnovasi untuk mempromosikan sastra. Atas kontribusinya dalam mendorong minat baca dan literasi, pada 2023 ia menerima Penghargaan Đurđa Mesić dari Asosiasi Pembaca Kroasia. Setahun kemudian, bukunya Deset dugih dana meraih Penghargaan Joža Horvat dari Asosiasi Penulis Kroasia sebagai buku perjalanan terbaik. Selain menulis, Maja juga aktif menyelenggarakan berbagai acara sastra, di antaranya pertemuan penyair internasional Wood Poets dan Four Elements Festival di Bahia, Brasil (di Sacatar Institute).

Nina Karnikowski is an Australian travel writer with over 13 years of experience, focusing on journeys that aim to address social and environmental challenges. She is the author of The Mindful Traveller and Go Lightly: How to Travel Without Hurting the Planet, with her work regularly appearing in The Sydney Morning Herald, The Australian Financial Review, Condé Nast Traveller, TIME, and more. Nina also wrote the creativity guide Make a Living Living, which has been translated into four languages, and created The Writer Within journaling prompt cards. Alongside her writing, she offers purpose-led mentoring for writers and creatives, runs writing workshops, leads expeditions in Nepal, and serves on the panel of experts for The Conscious Travel Foundation.

Nina Karnikowski adalah penulis asal Australia yang berfokus pada topik perjalanan dan lingkungan. Selama lebih dari 13 tahun, ia menulis tentang bagaimana perjalanan dapat menjadi solusi atas berbagai persoalan sosial dan lingkungan. Bukunya mencakup The Mindful Traveller dan Go Lightly: How to Travel Without Hurting the Planet, sementara tulisannya dimuat di media ternama seperti The Sydney Morning Herald, The Australian Financial Review, Condé Nast Traveller, dan TIME. Nina juga menulis Make a Living Living, panduan kreatif yang telah diterjemahkan ke dalam empat bahasa, serta menciptakan The Writer Within, seperangkat kartu panduan menulis. Selain menulis, ia aktif menjadi mentor bagi penulis dan pelaku kreatif, mengajar lokakarya menulis, memandu perjalanan di Nepal, dan memberikan saran sebagai ahli untuk The Conscious Travel Foundation.

Sam Dalrymple is a Delhi-raised Scottish historian and award-winning filmmaker. A Persian and Sanskrit scholar from Oxford, he co-founded Project Dastaan, a Partition peace-building initiative whose films premiered at Sundance and the BFI. He has written for the New York Times, BBC, TIME, and The Spectator. His debut book, Shattered Lands: Five Partitions and the Making of Modern Asia, was a bestseller in India and was named one of 'the best history books to read in 2025' by The Week. It is being translated into three languages, was shortlisted for the 2025 Eastern Eye Award for History, and longlisted for the Ramnath Goenka Sahitya Samman 2025 for Best Debut.

Sam Dalrymple adalah sejarawan Skotlandia yang dibesarkan di Delhi sekaligus pembuat film peraih penghargaan. Sebagai sarjana bahasa Persia dan Sanskerta dari Oxford, ia ikut mendirikan Project Dastaan, sebuah inisiatif perdamaian terkait Pemisahan India-Pakistan, yang film-filmnya tayang perdana di Sundance dan BFI. Ia juga menulis untuk New York Times, BBC, TIME, dan The Spectator. Buku perdananya, Shattered Lands: Five Partitions and the Making of Modern Asia, menjadi buku terlaris di India dan dinobatkan sebagai salah satu “buku sejarah terbaik untuk dibaca tahun 2025” oleh The Week. Buku tersebut sedang diterjemahkan ke dalam tiga bahasa, masuk daftar finalis Eastern Eye Award 2025 untuk kategori Sejarah, dan masuk daftar panjang Ramnath Goenka Sahitya Samman 2025 untuk kategori Debut Terbaik.

Wilda Yanti Salam is an Indonesian writer, cultural researcher, and social-culture worker, regarded as one of the most vital voices exploring the intersections of food, memory, and community in contemporary Indonesia. Her writing and curatorial practice go beyond the surface of daily life, drawing from the lived experiences of women, youth, and marginalized communities, with food as a lens to reveal the cultural, political, and ecological stories embedded in the everyday. Her most recent work, Kisah Kasih dari Dapur, a reflection on the kitchen as a cultural and political space, affirms her place as a key figure in archiving vernacular knowledge and culinary heritage. Salam is also the Program Director at SIKU Ruang Terpadu in Makassar, a creative space and cultural hub, and has worked with Tanahindie and Makassar Biennale since 2019.

Wilda Yanti Salam adalah penulis dan peneliti Indonesia yang mengkaji makanan dan budaya. Ia dikenal melalui karyanya yang mengeksplorasi bagaimana makanan terhubung dengan ingatan dan komunitas masyarakat di Indonesia masa kini. Ia mempelajari kehidupan sehari-hari melalui makanan, dengan fokus pada kisah-kisah perempuan, anak muda, dan kelompok-kelompok yang terpinggirkan. Buku terbarunya, Kisah Kasih dari Dapur, mengkaji bagaimana dapur menjadi ruang penting bagi budaya dan perubahan sosial. Karya ini telah menjadikannya suara penting dalam pelestarian tradisi kuliner dan pengetahuan lokal Indonesia. Saat ini ia memimpin program-program di SIKU Ruang Terpadu, sebuah ruang kreatif dan pusat budaya di Makassar, dan telah berkolaborasi dengan Tanahindie dan Makassar Biennale sejak 2019.