Poetry as a Time Capsule: How Can We Preserve Heritage and Memory Through Poetry?

M. Aan Mansyur is a famous Indonesian writer, editor, and translator. His published works include Aku Hendak Pindah Rumah from 2008, Kukila from 2012, Kepalaku: Kantor Paling Sibuk di Dunia from 2014, Melihat Api Bekerja from 2015, Tidak Ada New York Hari Ini from 2016, Mengapa Luka Tidak Memaafkan Pisau from 2020, Waktu yang Tepat untuk Melupakan Waktu from 2021, and Memasihkan yang Pernah from 2023. Aan was honored with the Kusala Sastra Khatulistiwa and Anugerah Sastra Kemendikbudristek awards. He is also actively managing a literary festival, serving as Director of the Makassar International Writers Festival (MIWF).

M. Aan Mansyur adalah seorang penulis, penyunting, dan penerjemah ternama Indonesia. Karya-karyanya yang telah diterbitkan antara lain Aku Hendak Pindah Rumah dari 2008, Kukila dari 2012, Kepalaku: Kantor Paling Sibuk di Dunia dari 2014, Melihat Api Bekerja dari 2015, Tidak Ada New York Hari Ini dari 2016, Mengapa Luka Tidak Memaafkan Pisau dari 2020, Waktu yang Tepat untuk Melupakan Waktu dari 2021, dan Memasihkan yang Pernah dari 2023. Pada tahun 2021, Aan dianugerahi penghargaan Kusala Sastra Khatulistiwa dan Anugerah Sastra Kemendikbudristek. Ia juga aktif mengelola festival sastra, menjabat sebagai Direktur Makassar International Writers Festival (MIWF).

Ngurah Arya Dimas Hendratno is an Indonesian writer, theater coach, and teacher from Denpasar. He has been involved in literature and theater since 1988. His solo poetry book, Mimpi Tak Usai, was published in 2023, and his other poems are included in several poetry anthologies. Since 2014, Arya Dimas has been a coach for Teater Takhta at a vocational school in Denpasar, as well as teaching hospitality, Japanese language, and public speaking at several other vocational schools.

Ngurah Arya Dimas Hendratno adalah seorang penulis, pelatih teater, dan guru asal Denpasar, Bali. Ia telah menggeluti sastra dan teater sejak tahun 1988. Buku puisi tunggalnya, Mimpi Tak Usai, terbit pada tahun 2023, dan puisi-puisinya yang lain juga terangkum dalam beberapa antologi puisi bersama. Sejak tahun 2014, Arya Dimas menjadi pelatih Teater Takhta di salah satu SMK di Denpasar, dan guru perhotelan, bahasa Jepang, dan public speaking di beberapa SMK lainnya.

Wulan Dewi Saraswati is an Indonesian writer and director from Bali. Currently, she is delving into artistic practices based on tarot with a participatory therapeutic approach. She is the Founder and Creative Director of the Aghumi Community, an art space that focuses on mental health issues, particularly fostering the artistic creativity of children on the autism spectrum.

Wulan Dewi Saraswati adalah penulis dan sutradara Indonesia dari Bali. Saat ini, ia menyelami praktik-praktik seni berbasis tarot menggunakan pendekatan terapi partisipatif. Ia adalah Pendiri dan Direktur Kreatif untuk Aghumi Community, sebuah ruang seni yang berfokus pada masalah-masalah kesehatan mental, terutama ingin memupuk kreativitas seni anak-anak dalam spektrum autis.