Sawo Matang

This film follows teenagers Nala and Kai living in post-New Order Jakarta, where Native Indonesians (Pribumi) are legally permitted to perform the black magic ritual 'Babi Ngepet'—the act of turning into a black pig to gain instant riches—to balance their economy against Chinese Indonesians. When Kai, a Chinese Indonesian boy, needs money for university, he asks Nala, a Pribumi girl, to perform the ritual for him. Nala, who has long harbored a crush on her best friend, sees this as an opportunity to take their relationship to the next level. However, by disobeying the provincial policies designed to resolve racial and social tensions, the capital reminds the two high school friends of their rightful places.

Film ini mengikuti dua orang remaja, Nala dan Kai, yang tinggal di Jakarta pasca-Orde Baru, di mana Orang Indonesia (Pribumi) diperbolehkan melakukan ritual ilmu hitam 'Babi Ngepet'—sebuah aksi berubah menjadi babi hitam demi memperoleh kekayaan instan—untuk menyeimbangkan ekonomi mereka dengan Orang Cina Indonesia. Ketika Kai, seorang anak laki-laki Cina Indonesia, membutuhkan uang untuk masuk universitas, ia meminta Nala, seorang gadis Pribumi, untuk melakukan ritual tersebut untuknya. Nala, yang telah lama menaruh rasa pada sahabatnya, melihat ini sebagai kesempatan untuk membawa hubungan mereka lebih jauh. Namun, dengan melanggar kebijakan provinsi yang dirancang untuk menyelesaikan ketegangan rasial dan sosial, ibu kota mengingatkan kedua teman sekolah menengah itu tentang tempat mereka yang sebenarnya.