The Exiles (Eksil)

This Indonesian documentary film directed, co-written, and produced by Lola Amaria explores the impact of Cold War political events in the 1960s. During this period, many Indonesian students sent by the government to study in the Soviet Union (Russia) and China found themselves unable to return to Indonesia after the 1965 events. Stranded and crossing various countries without status, they sought refuge in any nation willing to accept them, losing contact with their families in Indonesia, who were also affected by the political turmoil.

The film portrays their stories and those of others like them, reflecting an enduring desire to find a way home. They symbolize thousands who shared their fate and fell victim to violence. These individuals are living monuments to violence, their suffering passed down through generations. This inherited violence manifests as deep-seated fears in the minds, hearts, and instincts of each generation, like massive chains binding the hands, feet, and thoughts of their descendants. While they search for a way home, the next generation seeks freedom from fear.

Film dokumenter Indonesia yang disutradarai, ditulis, dan diproduksi oleh Lola Amaria ini mengeksplorasi dampak peristiwa politik di pusaran Perang Dingin tahun 1960-an. Pada periode ini, banyak mahasiswa yang dikirim belajar oleh pemerintah ke Uni Soviet (Rusia) dan China tak bisa pulang ke Indonesia setelah peristiwa 1965. Terdampar dan melintasi berbagai negara tanpa status, mereka mencari perlindungan di negara manapun yang mau menampung mereka, kehilangan kontak dengan keluarga di Indonesia yang juga menjadi korban perubahan politik.

Film ini menceritakan kisah mereka dan orang-orang seperti mereka, merefleksikan keinginan mencari jalan pulang yang tak pernah padam. Mereka mewakili ribuan orang yang senasib dan sudah berguguran di mana-mana. Mereka juga adalah monumen kekerasan yang masih hidup, bertahan dan terwariskan. Monumen kekerasan itu diwariskan dalam bentuk ketakutan-ketakutan yang disimpan dalam benak, hati dan naluri dari generasi ke generasi, seperti rantai-rantai raksasa yang melilit tangan, kaki, dan pikiran generasi setelahnya. Jika mereka mencari jalan pulang, generasi berikutnya mencari kebebasan dari rasa takut.