From the legendary epic Ramayana Saga, this performance depicts Rama’s life in the forest, separated from his wife, Sita, who has been kidnapped by the monster king Rahwana. Rama's sorrow is palpable, his face reflecting deep anguish. Driven by profound love and longing, Rama vows to defeat Rahwana and reunite with Sita. Meanwhile, Sita, imprisoned and powerless, prays for her husband’s rescue. Her prayers are answered as Rama arrives to save her. A fierce battle ensues, and Rama's divine powers triumph over Rahwana. Through their reunion, the couple’s longing and concern are finally resolved.
This performance, conceived by artist I Gusti Ngurah Tri Arya Swastana from Bedulu Village, Bali, features two dancers and five gamelan players.
Diambil dari epik legendaris Ramayana, pertunjukan ini menggambarkan kehidupan Rama di hutan, terpisah dari Sita, istrinya yang diculik oleh raja monster Rahwana. Kesedihan Rama begitu terasa, dari wajahnya terpancar penderitaan yang mendalam. Didorong oleh rasa cinta dan kerinduan, Rama bersumpah untuk mengalahkan Rahwana dan bersatu kembali dengan Sita. Sementara itu, Sita, yang dipenjara dan tak berdaya, berdoa untuk keselamatan suaminya. Doanya terjawab ketika Rama tiba untuk menyelamatkannya. Pertarungan sengit pun terjadi dan kekuatan gaib Rama berhasil mengalahkan Rahwana. Melalui pertemuan kembali keduanya, kerinduan dan kekhawatiran pasangan ini akhirnya teratasi.
Pertunjukan yang digagas oleh seniman I Gusti Ngurah Tri Arya Swastana dari Desa Bedulu, Bali, ini akan menampilkan dua penari dan lima pemain gamelan.